Day 2, Sunday.

Tidak seperti biasanya, Hari ini Rafki pergi ke halte dimana sehari-hari dia pergi ke sekolah. Alasan dia pergi ke halte hanya satu, yaitu bertemu dengan perempuan penjual bunga mawar putih itu.
Ketika Bus datang, Rafki lansung masuk kedalam.
“Sepi sekali.”
Dia langsung duduk dibangku yang kebanyakan kosong. Penumpangnya dapat dihitung dengan jari. Mungkin sekitar delapan sampai sembilan orang.
“Semoga dia ada.”
Dugannya benar. Perempuan itu masuk kedalam Bus dan langsung menawarkan mawar putih. Dan seperti kemarin, perempuan itu menawarkan bunga tersebut kepada Randy.
“Apakah anda mau beli bunga?” Tanya perempuan tersebut dengan seulas senyum di wajahnya.
“Boleh. Berapa harganya?” Tanya Rafki.
“Dua ribu.”
Rafki merongoh sakunya, membuka dompet, dan mengambil selembar uang dua ribuan. Kemudian dia memberikannya kepada perempuan tersebut.
“Terimakasih. Ini bunganya.”
Perempuan itu memberikan setangkai buna kepada Rafki. Kemudian dia duduk disamping Rafki sambil mendesah pelan.
“Eh? Kenapa?”
Perempuan itu melihat Rafki sejenak, Kemudian dia berdiri.
”Apakah aku mengganggumu? Kalau begitu, maafkan aku. Aku akan segera pergi.”
Perempuan itu berjalan pergi. Rafki segera memegang tangan perempuan itu.
“Tidak. Tidak perlu.Kau sama sekali tidak menggangguku.”
Perempuan itu duduk kembali.
“Ngomong-ngomong, Namamu siapa?” Tanya Rafki.
“Rika. Namaku Rika. Kamu?”
“Rafki.”
Mereka berdua saling berjabat tangan sebentar.
“Kamu mau kemana?” Tanya Rika.
“Entahlah. Aku saja juga bingung mau kemana.” Jawab Rafki asal. Rika tertawa.
“Ada apa? Emang ada yang lucu?”
“Haha….tidak. Hanya saja kau agak aneh.”
Randy mengangkat kedua alisnya.
“Aneh?”
Rika menjadi salah tingkah.
“Eh, ma..maafkan aku. Apakah aku telah menyinggung perasaanmu?” Tanya Rika gugup. Rafki hanya tersenyum melihatnya.
“Tidak. Kau ini…polos sekali. Jarang atau bahkan hampir tidak pernah aku melihat perempuan sepertimu.”
Rika memandang Rafki sejenak, Lalu menunduk. Wajahnya terasa panas karena menahan malu.
“Eng… aku tahu suatu tempat, mau ikut?” Tanya Rika kemudian.
“Kemana?”
“Itua Rahasia! Ayo!”
Rika menggandeng tangan Rafki kemudian mereka berdua turun dari Bus tersebut.

***

Setelah lima menit berjalan, sampailah mereka berdua ditaman yang terlertak di persimpangan jalan.
“Sudah sampai.”
Rafki hanya melongo.
“Taman?”
“Iya. Tidak suka?”
Rafki hanya menggeleng pelan.
“Ayo jalan lagi.”
Rika tidak memegang tangan Rafki seperti tadi. Melaikan Rafki membuntuti Rika dari belakang. Sesekali dia melihat tanganny yang dipegang erat oleh Rika, perempuan yang baru dikenalnya.
“Ki?”
Rafki tersadar dari lamunannya. Rika mendekatinya.
“Tanganmu kenapa? Sedari tadi aku melihatmu kamu melihat tanganmu terus, Ada apa?”
Rafki menggeleng lagi.
“Kita sudah sampai?” Tanya Rafki.
Rika mengangguk.
Rafki hanya bias melongo untuk yang kedua kalinya. Taman terindah yang selama ini tidak pernah dilihatnya. Bunga bewarna-warni menghias taman itu. Pohon rindah yang setiap ditiup angina berbunyi gemerisik, Ditengahnya terdapat kolam ikan dan ditengah-tengah kolam terdapat sangkar untuk burung merpati.
“Ki, kita duduk disitu saja.” Ajak Rika sambil menunjuk salah satu pohon ditaman itu. Sesampainya disana, mereka berdua duduk dibawah pohon rindang itu.
“Kamu sudah lama menjadi penjul bunga?” Tanya Rafki.
“Ya, Barusanlah. Sekitar satu bulan aku berjualan bunga seperti sekarang ini.”
“Mengapa kamu berjualan seperti ini? Kamu tidak sekolah.”
“Itu karena…”
Rika melipat kakinya dan merangkulnya. Air matanya mulai mengalir. Kemudian dia menceritakan semuanya.
“Aku sudah putus sekolah. Sejak SMP. Ibuku sudah tiada. Dna aku hidup terpisah dengan Ayah. Aku tidak tahan karena Ayah selalu mabuk setiap hari. Dan aku…”
Rika mengusap air matanya.
“Makanya aku senang sekali saat aku bertemu dan berteman denganmu. Aku yakin kamu bukan orang jahat. Aku…Aku…percaya kepadamu.”
Tangis Rika pun pecah. Rafki duduk bersila menghadap Rika dan dia tersenyum.
“Kamu…sudah berusaha.”
Rika mengangkat kepalanya dan menatap Rafki.
“Kamu…sudak berusaha dan telah memutuskan apa yang terbaik untukmu. Aku senang dan aku…tidak pernah menyesal mengenalmu.”
Rika terdiam. Rafki tersenyum.
“Rafki…terimakasih untuk semuanya.”
Rika mendongak dan menatap langit biru yang cerah. Kemudian dia melepas topinya dan terurailah rambutnya. Rafki hanya dapat melihatnya untuk pertama kalinya. Perempuan yang membuatnya selalu berdebar-debar disaat bersamanya, seperti sekarang ini...
“Apakah aku…”

***

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 愛story. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy